HIDROGEN
Hidrogen
adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol H dan nomor atom 1.
Pada tahun 1983, Lavoisier menamkan gas hidrogen (hidro = air , genes =
pembentuk ). Pada suhu dan tekanan standar, hidrogen tidak berwarna, tidak
berbau, bersifat non-logam, bervalensi tunggal, dan merupakan gas diatomik yang
sangat mudah terbakar. Dengan massa atom 1,00794 amu, hidrogen adalah unsur
teringan di dunia.
Hidrogen merupakan unsur paling melimpah di alam
semesta, dan nomor tiga terbanyak di permukaan bumi. Tetapi gas hidrogen murni
hampir tidak ada di permukaan bumi, karena gas hidrogen bereaksi dengan unsur
lain membentuk persenyawaan yang lebih stabil (Cotton dan Wilkinson, 2009).
Hidrogen
juga adalah unsur paling melimpah dengan persentase kira-kira 75% dari total
massa unsur alam semesta. Kebanyakan bintang dibentuk oleh hidrogen dalam keadaan
plasma. Senyawa hidrogen relatif langka dan jarang dijumpai secara alami di
bumi, dan biasanya dihasilkan secara industri dari berbagai senyawa hidrokarbon
seperti metana. Hidrogen juga dapat dihasilkan dari air melalui proses
elektrolisis, namun proses ini secara komersial lebih mahal daripada produksi
hidrogen dari gas alam (www.wikipedia.com).
Dalam skala industri, hidrogen dihasilkan dari uap air
dengan metana atau hidrokarbon ringan dengan katalis nikel pada suhu 75°C
menghasilkan campuran karbon monoksida dan hidrogen. Campuran gas ini disebut
“synthesis gas” atau “syngas”. Gas alam seperti metana, propana atau etana
direaksikan dengan steam (uap air) pada suhu tinggi (700~1000°C) dengan bantuan
katalis, untuk menghasilkan hidrogen, karbon dioksida (CO2) dan
karbon monoksida (CO). Sebuah reaksi samping juga terjadi antara karbon
monoksida dengan steam, yang menghasilkan hidrogen dan karbon dioksida.
Persamaan reaksi yang terjadi pada proses ini adalah:
CH4 +H2O→CO+3H2
CO + H2O → CO2 + H2
CO + H2O → CO2 + H2
Gas hidrogen yang dihasilkan kemudian dimurnikan,
dengan memisahkan karbon dioksida dengan cara penyerapan. Saat ini, steam
reforming banyak digunakan untuk memproduksi gas hidrogen secara komersil di
berbagai sektor industri, diantaranya industri pupuk dan hidrogen peroksida (H2O2).
Akan tetapi metode produksi seperti ini sangat tergantung dari ketersediaan gas
alam yang terbatas, serta menghasilkan gas CO2, sebagai gas efek
rumah kaca.
Selain
itu, gas H2 juga dapat dihasilkan dari elektrolisa Air (H2O). Elektrolisa
air memanfaatkan arus listrik untuk menguraikan air menjadi unsur-unsur
pembentuknya, yaitu H2dan O2. Gas hidrogen muncul di
kutub negatif atau katoda dan oksigen berkumpul di kutub positif atau anoda. Hidrogen
yang dihasilkan dari proses electrolisa air berpotensi menghasilkan zero
emission, apabila listrik yang digunakan dihasilkan dari generator listrik
bebas polusi seperti energi angin atau panas matahari. Namun demikian dari sisi
konsumsi energi, cara ini memerlukan energi listrik yang cukup besar (nurul.kimia.upi.edu).
Industri hidrogen
PENGGUNAAN HIDROGEN
A.
Pembuatan xylitol (untuk pasta gigi dan permen)
Dewasa
ini, penggunaan H2
|
Xylitol ditemukan secara bersamaan oleh
ilmuwan Jerman dan Perancis pada akhir abad ke-19 dan pertama dipopulerkan di
Eropa sebagai pemanis yang aman bagi penderita diabetes yang tidak dapat
memproduksi insulin. Pengaruh penggunaan xylitol di bidang kesehatan gigi mulai
diteliti pada awal 1970 di mana ilmuwan asal Universitas Turki menunjukkan
bahwa xylitol baik untuk kesehatan gigi.
Xilitol merupakan gula polialkohol berkarbon
lima dengan tingkat kemanisan setara sukrosa, tetapi mengandung hanya 2,4
kal/g, sementara sukrosa 4 kal/g. Xilitol sangat cocok dikonsumsi oleh
penderita diabetes mellitus, karena memiliki indeks glukemik rendah. Secara
alami xilitol terdapat dalam jumlah sedikit pada sayuran dan buah-buahan,
misalnya kol, pisang dan stroberi. Xilitol juga terdapat sebagai senyawa antara
pada metabolisme mamalia, orang dewasa memproduksi 5 sampai dengan 15 g/hari (www.lontar.ui.ac.id).
Dalam skala industri xilitol dibuat dengan
cara kimia yaitu dengan mereduksi xilosa murni dengan gas hidrogen, pada suhu
80°C-140°C dan menggunakan katalis Raney nikel. Cara ini dapat mengubah 50
sampai dengan 60% xilosa menjadi xilitol. Kini produksi xilitol dunia sekitar
20.000 sampai 40.000 ton per tahun dengan nilai 40 sampai 80 juta Euro.
Xilitol merupakan gula alkohol dengan lima
atom karbon. Xilitol banyak digunakan sebagai pemanis buatan pengganti sukrosa.
Xilitol secara alami terdapat pada berbagai buah dan sayuran, seperti jamur,
plum, kembang kol, bayam dan jagung. Xilitol pertama kali berhasil diisolasi
dari serpihan kayu birch oleh ahli kimia Jerman Prof. Dr.Emil Herman
Fisher, pemenang Nobel kimia 1902 dan asistennya Rudolf Sachen pada 1891.
Adapun tahap pembuatan xylitol ini mencakup 4
tahap yaitu (Gerald Myer Jaffe, dkk., 1974) :
1. Tahap Persiapan Bahan Baku
Tongkol jagung yang berasal dari gudang bahan
baku dimasukkan ke dalam mesin pemotong (rotary knife cutter). Di dalam mesin
tersebut, tongkol jagung dihancurkan
sehingga menjadi potongan-potongan kecil dengan panjang maksimal 15 cm. Asam
klorida yang digunakan sebagai katalis untuk proses hidrogenasi dan gas
hidrogen disalurkan dari tangki penyimpanan menuju ke proses hidrogenasi
disimpan di dalam tangki penyimpanan untuk proses pembuatan xylitol.
2. Proses Hidrolisis
3. Proses Hidrogenasi
|
(D-Xylose) (xylitol)
4. Proses Pemurnian
Produk
dari reaktor hidrogenasi dialirkan ke dalam cooler untuk menurunkan suhu hingga
60o C. Setelah campuran didinginkan, dimasukkan lagi ke dalam filter press and
plate frame yang bersuhu 45oC dan tekanan 1 atm untuk memisahkan katalis nikel
dan dilakukan evaporasi untuk menguapkan kandungan air di dalam larutan xylitol
dengan temperatur 120oC. Xylitol yang diperoleh dari evaporator
berupa sirup dialirkan ke prilling tower untuk mengubah sirup xylitol menjadi
kristal xylitol yang memiliki kemurnian 98%.
|
Kegunaan Xylitol
Xilitol ternyata juga mempunyai manfaat dalam
mencegah karies gigi, hal ini karena berdasarkan penelitian, mikroorganisme
kariogenik lebih menyukai struktur gula berkarbon enam seperti glukosa dalam
mendukung pertumbuhannya. Xilitol memiliki lima atom karbon sehingga bakteri
kariogenik seperti Streptocoocus mutans yang ada dalam mulut tidak dapat
mengkonsumsi atau mendegradasinya sebagai sumber energi. Penelitian lain di
Finlandia menyimpulkan bahwa xilitol mampu meningkatkan kepadatan tulang,
sehingga bisa digunakan untuk melawan osteoporosis.
Xylitol yang memiliki kalori yang rendah sangat
bermanfaat sebagai pemanis makanan/minuman bagi penderita diabetes. Gula langka
ini juga bermanfaat mencegah karang gigi dan karies. Hal ini dikarenakan
keberadaan xylitol akan menekan pertumbuhan bakteri di dalam mulut yang
kebanyakan mengonsumsi glukosa sebagai bahan makanan mereka, sehingga bakteri
tersebut tidak dapat berkembang biak dengan baik pada kondisi tinggi xylitol.
Manfaat xylitol inilah yang telah digunakan pada dunia kedokteran gigi dan juga
pada beberapa produk perawatan dental seperti permen karet anti-karies dan
pasta gigi.
Xylitol adalah gula alkohol yang “bersahabat dengan gigi”, dan tidak mengalami fermentasi. Xylitol memiliki lebih banyak manfaat bagi kesehatan gigi dibandingkan gula polialkohol lain. Struktur xylitol mengandung sebuah ligan tridentat, (H-C-OH)3 yang dapat menata-ulang dengan kation polivalen seperti Ca2+. Interaksi ini memungkinkan Ca2+ yang ditransfer melalui pembatas dinding usus dan melalui saliva yang dapat meremineralisasi email sebelum karies gigi terbentuk (www.repository.usu.ac.id).
B.
Industri pupuk amonia
Bahan baku pembuatan Pupuk Urea adalah Amoniak dan Karbondioksida,
yang mana kedua bahan baku tersebut dihasilkan dari pabrik Amoniak. Amoniak dan
Karbondioksida berasal dari synthesa gas alam.
Tahap-Tahap
Proses Pembuatan Amonia
Amoniak
diproduksi dengan mereaksikan gas Hydrogen (H2) dan Nitrogen (N2)
dengan rasio H2 : N2 = 3 : 1 . H2 adalah
salah satu komponen gas synthesa yang diperoleh dari pemrosesan gas alam yang
mengandung 80 – 95 % CH4(Metan). Sedang
N2 diperoleh
dari udara yang mengandung 79% N2dan 21% O2.
Pada
pembuatan amonia yang dilaksanakan pada industri secara garis besar dibagi
menjadi 4 Unit dengan urutan sebagai berikut :
1. Feed Treating Unit
Gas
alam yang masih mengandung kotoran (impurities), terutama senyawa belerang
sebelum masuk ke Reforming Unit harus dibersihkan dahulu di unit ini, agar
tidak menimbulkan keracunan pada Katalisator di Reforming Unit. Untuk
menghilangkan senyawa belerang yang terkandung dalam gas alam, maka gas alam
tersebut dilewatkan dalam suatu bejana yang disebut Desulfurizer. Gas alam yang
bebas sulfur ini selanjutnya dikirim ke Reforming Unit. Jalannya proses melalui
tahapan berikut :
a.
Sejumlah H2S dalam feed gas diserap di
Desulfurization Sponge Iron dengan sponge iron sebagai media penyerap. Persamaan Reaksi :
Fe2O3.6H2O + H2S
→ Fe2S3 6 H2O + 3 H2O
b. CO2 Removal
Pretreatment Section
Feed Gas dari Sponge Iron
dialirkan ke unit CO2 Removal Pretreatment Section Untuk
memisahkan CO2 dengan menggunakan larutan Benfield sebagai
penyerap. Unit ini terdiri atas CO2 absorber tower, stripper
tower dan benfield system.
c.
ZnO Desulfurizer
Seksi ini bertujuan untuk
memisahkan sulfur organik yang terkandung dalam feed gas dengan cara
mengubahnya terlebih dahulu mejadi Hydrogen Sulfida dan mereaksikannya dengan
ZnO. Persamaan Reaksi :
H2S + ZnO → ZnS + H2O
Kondisi operasi di
Desulfurisasi:
·
Pressure
: 35-40 kg/cm2G
·
Temperature Inlet
: 350-400oC
·
Temperature Outlet
: 330-380oC
(www.fitriinurraiini.blogspot.com)
2. Reforming Unit
Di Reforming Unit gas alam yang sudah bersih dicampur
dengan uap air, dipanaskan, kemudian direaksikan di Primary Reformer, hasil
reaksi yang berupa gas-gas Hydrogen dan Carbon Dioksida dikirim ke Secondary
Reformer dan direaksikan dengan udara sehingga dihasilkan gas-gas Hidrogen ,
Nitrogen dan Karbon Dioksida Gas-gas hasil reaksi ini dikirim ke Unit
Purifikasi dan Methanasi untuk dipisahkan gas karbon dioksidanya. Tahap-tahap
reforming unit adalah :
a. Primary Reformer
Seksi ini bertujuan untuk
mengubah feed gas menjadi gas sintesa secara ekonomis melalui dapur reformer
dengan tube-tube berisi katalis nikel sebagai media kontak feed gas dan steam
pada temperature (824 oC)dan tekanan (45 – 46 kg/cm2)
tertentu . Adapun kondisi operasi acuan adalah perbandingan steam to carbon
ratio 3,2 : 1. Persamaan Reaksi :
CH4 +
H2O → CO + 3 H2 ∆H = - Q
CO
+ H2O → CO2 + H2 ∆H = +
Q
Secara overall reaksi yang
terjadi adalah reaksi endothermic sehingga membutuhkan burner dan gas alam
sebagai fuel.
Kondisi operasi
Primary Reformer :
·
Pressure
: 35 – 40 kg/cm2G
·
Temperature Inlet
: 530 – 650oC
·
Temperature Outlet
: 770 – 811oC
·
Kadar CH4 Outlet
: 9 – 16 % berat
·
Kadar CO
Outlet : 8 – 9 % berat
·
Kadar H2 Outlet
: 65 – 70 % berat.
b. Secondary Reformer
Gas yang keluar dari primary
reformer masih mengandung kadar CH4 yang cukup tinggi, yaitu 12
– 13 %, sehingga akan diubah menjadi H2 pada unit ini dengan
perantaraan katalis nikel pada temperature 1002,5 oC.
Persamaan Reaksi :
CH4 + H2O → 3 H2 +
CO
Kandungan CH4 yang
keluar dari Secondary reformer ini diharapkan sebesar 0.34 % mol dry basis.
Karena diperlukan N2 untuk reaksi pembentukan Amoniak maka
melalui media compressor dimasukkan udara pada unit ini. Persamaan Reaksi :
2H2 +
O2 → 2H2O
CO
+ O2 → 2CO2
Kondisi operasi di Secondary Reformer :
·
Pressure
: 35-40 kg/cm2G
·
Temperature Inlet
: 520-560oC
·
Temperature Outlet
: 950-1050oC
·
CH4 Outlet
: 0,2-1,0 % berat
·
CO Outlet
: 10-13 % berat
·
H2 Outlet
: 54-56 % berat
(www.joetrizilo.wordpress.com)
3. Purification & Methanasi
Karbon dioksida yang ada dalam gas hasil reaksi
Reforming Unit dipisahkan dahulu di Unit Purification, Karbon dioksida yang
telah dipisahkan dikirim sebagai bahan baku Pabrik Urea. Sisa Karbon dioksida
yang terbawa dalam gas proses, akan menimbulkan racun pada katalisator Ammonia
Converter, oleh karena itu sebelum gas proses ini dikirim ke Unit Synloop &
Refrigeration terlebih dahulu masuk ke Methanator. Tahap-tahap proses
Purification dan methanasi adalah sebagai berikut :
a. High Temperature
Shift Converter (HTS)
Setelah mengalami reaksi
pembentukan H2 di Primary dan Secondary Reformer maka gas
proses didinginkan hingga temperature 371 oC untuk merubah CO
menjadi CO2 dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
CO
+ H2O → CO2 + H2
Kadar CO yang keluar dari unit
ini adalah 3,5 % mol dry basis dengan temperature gas outlet 432 oC-
437 oC.
Kondisi
operasi HTS :
·
Pressure
: 35-40 kg/cm2G
·
Temperature Inlat
:
340-380 oC
·
Temperature Outlet
: 420 –
440 oC
·
CO Inlet
:
12-14,5 % berat
·
CO Outlet
: 2,5-4,5 % berat.
b. Low Temperature
Shift Converter (LTS)
Karena tidak semua CO dapat
dikonversikan menjadi CO2 di HTS, maka reaksi tersebut
disempurnakan di LTS setelah sebelumnya gas proses didinginkan hingga temperature
210 oC. Diharapkan kadar CO dalam gas proses adalah sebesar 0,3
% mol dry basis.
Kondisi operasi LTS :
·
Pressure
: 35-40 kg/cm2G
·
Temperature
Inlet : 190-210 oC
·
Temperature Outlet
: 220-240 oC
·
CO Inlet
: 2,5-4,5 % berat
·
CO Outlet
: 0,2-0,4 % berat
·
CO2 Outlet
: 16-18 % berat
c. CO2 Removal
Setelah CO diturunkan sampai kadar terendah,
selanjutnya CO2 diturunkan hingga 0,1 %
berat (1000 ppm). Penurunan CO2 dilakukan
dengan cara absorbsi oleh larutan K2CO3 ( karbonat) yang
konsentraasinya 25-30 % berat di dalam sebuah menara Absprber. Gas Synthesa
yang mengandung 16%-18% berat CO2 dipertemukan
dengan larutan karbonat yang mengalir dari atas ke bawah sedang gas mengalir
dari bawah ke atas. Selanjutnya dalam pertemuan keduanya, CO2 diserap oleh larutan karbonat. Adapun reaksi
penyerapan yang terjadi: K2CO3+ H2O + CO2 →
2KHCO3
Untuk meningkatkan efektifitas penyerapan oleh K2CO3 diberikan
juga Dietanol Amine (DEA) dengan
konsentrasi 2,5-3 % berat. Di Absorber penyerapan dilakukan dalam dua tahap.
Absorbsi di bagian bawah absorber dilakukan dengan larutan karbonat yang
bertemperature 65-117 oC, sedang
absorbsi berikutnya dilakukan di bagian atas Absorber dengan larutan Karbonat
bertemperature 65-70oC. Tujuan tahapan absorbsi ini
adalah untuk meningkatkan penyerapan CO2.
Penyerapan CO2 di menara
Absorber berlangsung dengan kondisi :
·
Pressure
: 27-35 kg/cm2G
·
Temperatur Gas Inlet
:
100-130 oC
·
Temperatur Gas Outlet
: 65-70 oC
·
Temperature Larutan
Karbonat inlet :
·
Ke Top menara
: 65-70 oC
·
Ke Middle Menara
: 115-117 oC
·
CO2 Inlet
: 16-18 %
berat
·
CO2 Outlet
: 0,04-0,1 %
berat.
Sebagian besar K2CO3 dalam larutan Karbonat yang telah banyak
menyerap CO2 (Rich Solution) berubah
menjadi KHCO3 seperti terlihat pada
reaksi. Selanjutnya KHCO3 ini harus kembali
diubah menjadi K2CO3 agar bisa
disirkulasikan ke Absorber untuk menyerap CO2.
2KHCO3 → K2CO3+ H2O
+ CO2
Dari Absorber yang bertekanan 27-35 kg/cm2G larutan Karbonat (Rich Solution)
dikirim ke regenarator yang tekanan operasinya 0,4-0,8 kg/cm2G. Penurunan pressure yang cukup besar
ini akan menggeser kesetimbangan reaksi ke kanan atau ke arah pelepasan CO2 dan pembentuan K2CO3.
Di samping dengan penurunan tekanan, pelepasan CO2 dari larutan karbonat (Rich Solution) juga
dibantu dengan pemberian panas yang disuplay dari steam yang masuk dan
dibangkitkan di Reboiler-reboiler yang terletak di bagian bawah Regenator.
Kondisi operasi Regenarator :
·
Pressure
: 0,4-0,8 kg/cm2G
·
Temberature Bottom
: 120-130 oC
Larutan Karbonat yang telah bebas CO2 ( Lean Solution) ini
kemudian dikirim kembali ke Absorber, sedangkan CO2 yang
keluar dari Regenarator dikirim ke Pabrik Urea.
d. Methanasi
Gas synthesa yang keluar dari
puncak absorber masih mengandung CO2 dan CO relative kecil,
yakni sekitar 0,3 % mol dry basis yang selanjutnya akan diubah menjadi methane
di methanator pada temperature sekitar 316 oC.
Persamaan Reaksi :
CO + 3H2 →
CH4 + H2O
CO2 +
4H2 → CH4 + 2H2O
(www.perpustakaancyber.blogspot.com)
4. Synthesa loop dan Amonik Refrigerant
Gas proses yang keluar dari Methanator dengan
perbandingan Gas Hidrogen dan Nitrogen = 3 : 1, ditekan atau dimampatkan untuk
mencapai tekanan yang diinginkan oleh Ammonia Converter agar terjadi reaksi
pembentukan, uap ini kemudian masuk ke Unit Refrigerasi sehingga didapatkan
amoniak dalam fasa cair yang selanjutnya digunakan sebagai bahan baku pembuatan
urea. Tahap-tahap poses Synthesa loop dan Amonik Refrigerant adalah :
a. Synthesis Loop
Gas synthesa yang akan masuk ke
daerah ini harus memenuhi persyaratan perbandingan H2/N2 =
2,5 – 3 : 1. Gas synthesa pertama-tama akan dinaikkan tekanannya menjadi
sekitar 177.5 kg/cm2 oleh syn gas compressor dan dipisahkan
kandungan airnya melalui sejumlah K.O. Drum dan diumpankan ke Amoniak Converter
dengan katalis promoted iron. Persamaan Reaksi :
3H2 +
N2 → 2NH3 .
(ΔH = –92,38 kJ/mol, suhu = 298 K, Kp = 6,2 × 105)
Kandungan Amoniak yang keluar
dari Amoniak Converter adalah sebesar 12,05-17,2 % mol.
b. Amoniak
Refrigerant
Amoniak cair yang dipisahkan dari
gas synthesa masih mengandung sejumlah tertentu gas-gas terlarut. Gas-gas inert
ini akan dipisahkan di seksi Amoniak Refrigerant yang berfungsi untuk Mem-flash
amoniak cair berulang-ulang dengan cara menurunkan tekanan di setiap tingkat
flash drum untuk melepaskan gas-gas terlarut, sebagai bagian yang integral dari
refrigeration, chiller mengambil panas dari gas synthesa untuk mendapatkan
pemisahan produksi amoniak dari Loop Synthesa dengan memanfaatkan tekanan dan
temperature yang berbeda di setiap tingkat refrigeration.
5. Produk Amoniak
Produk Amoniak yang
dihasilkan terdiri atas dua, yaitu Warm Ammonia Product (30 oC)
yang digunakan sebagai bahan baku untuk pabrik urea, Cold Ammonia Product
(-33 oC) yang disimpan dalam Ammonia Storage Tank (www.zainiusman6.blogspot.com).
C.
Pembuatan metanol
Saat ini, gas sintesis umumnya dihasilkan dari metana yang
merupakan komponen dari gas alam. Terdapat tiga proses yang dipraktekkan secara
komersial.
Pada tekanan sedang 1 hingga 2 MPa (10–20 atm) dan temperatur
tinggi (sekitar 850 °C), metana bereaksi dengan uap air (steam) dengan katalis
nikel untuk menghasilkan gas sintesis menurut reaksi kimia berikut:
CH4 + H2O → CO + 3 H2
Reaksi ini, umumnya dinamakan steam-methane reforming atau SMR,
merupakan reaksi endotermik dan limitasi perpindahan panasnya menjadi batasan
dari ukuran reaktor katalitik yang digunakan.
Metana juga dapat mengalami oksidasi parsial dengan molekul
oksigen untuk menghasilkan gas sintesis melalui reaksi kimia berikut:
2 CH4 + O2 → 2 CO + 4 H2
Reaksi ini adalah eksotermik dan panas yang dihasilkan dapat
digunakan secara in-situ untuk menggerakkan reaksi steam-methane reforming.
Ketika dua proses tersebut dikombinasikan, proses ini disebut
sebagai autothermal reforming. Untuk menghasilkan stoikiometri yang sesuai
dalam sintesis methanol, rasio CO and H2 dapat diatur dengan
menggunakan reaksi perpindahan air-gas (the water-gas shift reaction):
CO + H2O → CO2 + H2
Karbon monoksida dan hidrogen kemudian bereaksi dengan katalis
kedua untuk menghasilkan metanol. Saat
ini, katalis yang umum digunakan adalah campuran tembaga, seng oksida, dan
alumina, yang pertama kali digunakan oleh ICI di tahun 1966. Pada 5–10 MPa
(50–100 atm) dan 250 °C, ia dapat mengkatalisis produksi metanol dari karbon
monoksida dan hidrogen dengan selektifitas yang tinggi:
CO + 2 H2 → CH3OH
Sangat perlu diperhatikan bahwa setiap produksi gas sintesis dari
metana menghasilkan 3 mol hidrogen untuk setiap mol karbon monoksida, sedangkan
sintesis metanol hanya memerlukan 2 mol hidrogen untuk setiap mol karbon
monoksida.
Salah satu cara mengatasi kelebihan hidrogen ini adalah dengan
menginjeksikan karbon dioksida ke dalam reaktor sintesis metanol, dimana ia akan
bereaksi membentuk metanol sesuai dengan reaksi kimia berikut:
CO2 + 3 H2 → CH3OH + H2O
Walaupun gas alam merupakan bahan yang paling ekonomis dan umum
digunakan untuk menghasilkan metanol, bahan baku lain juga dapat digunakan (www.rediiver.blogspot.com).
DAFTAR PUSTAKA
Cotton dan Wilkinson. 1989. Dasar Kimia
Anorganik. Jakarta : UI-Press.
http://fitriinurraiini.blogspot.com/2013/12/kesetimbangan-dalam-industri.html (diakses 28 maret 2014/ 21.00 WIB)
http://joetrizilo.wordpress.com/2012/03/26/proses-pembuatan-urea-proses-pabrik-amoniak-lengkap-bagian-6/ (diakses 30 maret 2014/ 19.00 WIB)
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20279418-T%2029067-Produksi%20xilitol-full%20text.pdf (diakses 30 maret 2014 / 19.00 WIB)
http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/06/contoh-penerapan-kesetimbangan-kimia-di-dalam-industri.html#ixzz2xzQ4uAjS (diakses 30 maret 2014/ 20.00 WIB)
http://rediiver.blogspot.com/2011_01_01_archive.html (diakses 2 April 2014/ 22.30 WIB)
http://zainiusman6.blogspot.com/ (diakses 2 April 2014/ 22.00 WIB)
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30141/4/Chapter%20II.pdf
(diakses 2 April 2014/ 22.00 WIB)
A Baccarat - How to play and win at online casinos
BalasHapusIf you 메리트 카지노 주소 are interested in the ultimate fun and games, then look no further! Baccarat is a 제왕카지노 real money gambling game, that can be played at the casino where you febcasino